Tampilkan postingan dengan label Shaum. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Shaum. Tampilkan semua postingan

Jumat, 22 Agustus 2008

Berpuasa Dan Berhari Raya Bersama Orang Banyak

Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani

Sehubungan dengan hadirnya bulan suci Ramadhan, bulan penuh barakah yang ditunggu-tunggu segenap umat Islam, dan juga sehubungan dengan akan datangnya Idul Fitri, maka dalam rubrik hadits kali ini kami angkat hadits yang berkaitan dengan masalah puasa Ramadhan dan hari raya Fitri. Untuk kali inipun kami masih mengangkat hadits dari Silsilah al-Ahadits aeh-Shahihah, karya al-'Allamah Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, juz I no. 224.
"(Hari) berpuasa ialah hari ketika kalian semua berpuasa, sedangkan (hari) berbuka puasa ialah hari ketika kalian semua berbuka puasa, dan (hari) ber`idul Adha ialah hari ketika kalian semua berhari raya Adha (melakukan penyembelihan binatang qurban)."

1 Takhrij hadits
Hadits ini dikeluarkan oleh Tirmidzi. 1 Beliau (Tirmidzi) mengatakan, "Ini adalah hadits gharib hasan." Saya (Al-Albani) katakan, "Isnadnya jayyid (bagus) semua perawinya tsiqah (terpercaya). 2

Seungguhnya ada sebuah hadits yang diriwayatkan secara mauquf (sanadnya terhenti pada) 'Aisyah yang dikeluarkan oleh Al-Baihaqi melalui jalan Abu Hanifah, ia mengatakan, "Ali bin Al-Aqmar telah menceritakan sebuah hadits kepadaku, dari Masruq, ia mengatakan, Saya datang menemui 'Aisyah pada hari Arafah, lalu ia mengatakan: "Buatlah adonan gandum untuk Masruq dan perbanyaklah rasa manisnya". Masruq mengatakan lagi: Saya kemudian berkata (kepada Aisyah): "Sesungguhnya tidak ada yang menghalangiku untuk berpuasa hari ini melainkan kekhawatiranku bahwa hari ini adalah hari nahr (hari raya penyembelihan binatang qurban)". Maka Aisyah berkata: "Hari nahr adalah hari ketika orang-orang merayakan nahr (hari raya penyembelihan bina tang qurban/Idul Adha), dan hari berbuka puasa adalah hari ketika orang-orang berbuka puasa". Saya (al-Albani) katakan bahwa: Riwayat ini sanadnya bagus dengan dukungan riwayat sebelumnya.

Rabu, 20 Agustus 2008

Puasanya Nabi Muhammad -shalallhu'alaihi wa sallam-

Shaum atau Puasa tidaklah semata-mata menahan lapar dan dahaga. Puasa merupakan salah satu bentuk ibadah kita kepada Allah –Azza wa Jalla-. Dan ibadah itu tidak akan di terima jika kita tidak mencontoh Nabi Muhammad -shalallahu'alaihi wa sallam-

Sifat Puasa Nabi -shalallahu'alaihi wa sallam-

dl

Ramadhan sebentar lagi

Saudara-saudaraku –semoga Allah merahmatimu-, tinggal beberapa hari lagi, bulan yang penuh dengan berkah akan datang menjumpai kita, bulan yang penuh hikmah akan bertandang ke seluruh penjuru pelosok dunia kaum muslimin, bulan yang senantiasa ditunggu-tunggu dan dieluelukan kehadirannya oleh segenap kaum muslimin… Iya, bulan dimana pintu-pintu surga dibuka lebar-lebar, pintu-pintu neraka ditutup rapat-rapat dan setan-setan dibelenggu… Maka berbahagialah wahai saudarasaudaraku, berbahagialah anda yang masih diperkenankan oleh sang Khaliq yang Maha Rahman lagi Rahim bersua dengan bulan ini, dimana didalamnya penuh dengan rahmat, maghfirah dan berkah…!!!
Saudara-saudaraku, Banyak sekali ayat yang tegas dan muhkam (jelas) dalam kitabullah yang mulia, memberikan anjuran untuk puasa sebagai sarana untuk Taqorrub mendekatkan diri) kepada Allah Azza wa Jalla dan menjelaskan keutamaan-keutamaannya, seperti firman Allah Ta'ala yang artinya : Dan kalau kalian berpuasa itu lebih baik bagi kalian kalau kalian mengetahuinya. (Surat Al-Baqoroh : 184)
Saudaraku, Ramadhan adalah bulan kebaikan dan barakah, Allah memberkahinya dengan banyak keutamaan sebagaimana penjelasan berikut:

1. Ramadhan adalah Bulan Al-Qur'an.
Ramadhan adalah bulan dimana Allah menurunkan kitab-Nya yang mulia sebagai petunjuk bagi manusia, obat bagi kaum mukminin, pembimbing kepada jalan yang lurus, yang diturunkan pada malam Lailatul Qodar, yaitu satu malam di bulan Ramadhan pada 10 hari terakhir, Allah berfirman yang artinya :
“Bulan Ramadhan itulah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an yang menjadi petunjuk bagi manusia, dan menjadi keterangan-keterangan dari petunjuk itu dan membedakan antara yang hak dan yang bathil. Maka barang siapa diantara kamu melihat bulan itu hendaklah ia berpuasa.” (Surat Al-Baqoroh :185)
2. Dibelenggunya syaithan, ditutupnya pintu-pintu neraka dan di bukanya pintu-pintu surga.
Pada bulan ini kejelekan menjadi sedikit, karena dibelenggu dan diikatnya jin-jin jahat dengan salasil (rantai), belenggu dan Ashfad, mereka tidak bisa bebas merusak manusia sebagaimana bebasnya di bulan yang lain, karena kaum muslimin sibuk dengan puasa, hingga hancurlah syahwat, dan juga karena bacaan Al-Qur'an serta seluruh ibadah yang mengatur dan membersihkan jiwa, Allah berfirman (yang artinya) : “Telah diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang dahulu sebelum kamu, supaya kamu bertaqwa.” (Surat Al-Baqoroh :183). Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam bersabda (yang artinya) : “Jika datang bulan Ramadhan dibukalah pintu-pintu syurga, dan ditutup pintu-pintu neraka, dan dibelenggulah syaithan”. (HR Bukhori (4/97) dan Muslim (1079))
3. Malam Lailatul Qodar
Engkau telah tahu wahai hamba mukmin, bahwa Allah Ta’ala memilih bulan Ramadhan karena diturunkan padanya Al-Qur'an Karim, dan padanya terdapat satu malam yang beribadah di dalamnya lebih baik daripada seribu bulan. Maka sungguh merupakan kebangkrutan yang nyata bagi siapa-siapa yang melalaikan malam-malam di bulan ramadhan terutama sepuluh malam terakhir dengan hal-hal yang tak bermanfaat baginya sedikitpun.
Saudaraku, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam juga telah banyak menjelaskan dalam hadits yang shahih bahwa puasa adalah benteng dari syahwat, perisai dari neraka, Allah Tabaraka wa Ta'ala telah mengkhususkan satu pintu syurga untuk orang yang puasa, puasa bisa memutuskan jiwa dari syahwatnya, menahannya dari kebiasaan-kebiasaan yang jelek, hingga jadilah jiwa yang tenang. Inilah pahala yang besar, keutamaan yang agung, Inilah diantara keutamaan puasa sebagaimana telah diterangkan oleh Nabi kita tercinta Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.

1. Puasa adalah perisai
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam menyuruh orang yang sudah tidak kuat menahan syahwatnya dan belum mampu untuk menikah agar berpuasa, menjadikannya sebagai benteng bagi syahwat ini, Oleh karena itu Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda (yang artinya):
“Wahai sekalian para pemuda, barang siapa diantara kalian telah mampu menikah hendaklah menikah, karena menikah lebih menundukan pandangan, dan lebih menjaga kehormatan. Barang siapa yang belum mampu menikah, hendaklah puasa karena puasa merupakan (pemutus syahwat) baginya” (HR. Bukhori (4/106) dan Muslim (no. 1400) dari Ibnu Mas'ud)
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam telah menjelaskan bahwa syurga diliputi dengan perkara-perkara yang tidak disenangi, dan neraka diliputi dengan syahwat yang menyenangkan, jika telah jelas demikian –wahai saudaraku - sesungguhnya puasa itu menghancurkan syahwat, menumpulkan tajamnya syahwat yang bisa mendekatkan seorang hamba ke neraka, puasa menghalangi pelakunya dari siksa neraka, oleh karena itu banyak hadits yang menegaskan bahwa puasa adalah benteng dari neraka, dan perisai yang menghalangi seseorang dari neraka.
Bersabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam (yang artinya): “Tidaklah ada seorang hamba yang puasa di jalan Allah kecuali akan Allah jauhkan dia (karena puasanya) dari neraka sejauh tujuh puluh musim” HR. (Bukhori (6/35) dan Muslim (1153) dari Abu Sa'id AlKhudri, ini adalah lafadh Muslim. Sabda Rasulullah Sholallahu 'alaihi wasalam : 70 musim yakni : perjalanan 70 tahun demikian dikatakan dalam Fathul Bari (6/48))

2. Puasa memasukan seorang hamba ke dalam syurga.
Engkau telah tahu wahai hamba Allah yang taat, mudah-mudahan Allah memberimu taufik untuk ketaatan kepada-Nya, menguatkanmu dengan semangat dari-Nya, bahwa puasa menjauhkan orang yang mengamalkannya dari neraka. Jika demikian berarti puasa mendekatkan ke syurga.
Dari Abi Umamah radhiallahu 'anhu : Aku berkata : “Ya Rasulullah tunjukkan padaku amalan yang bisa memasukanku ke syurga; beliau menjawab: Atasmu puasa, tidak ada (amalan) yang semisal dengan itu.” (HR Nasa'I (4/165), Ibnu Hibban (hal. 232 Mawarid) dan Al-Hakim
(1/421))

3. Orang puasa yang diberi pahala yang tidak terhitung

4. Orang yang berpuasa punya dua kegembiraan

5. Bau mulutnya orang yang puasa lebih wangi dari baunya misk
Dalil ketiganya adalah hadits dari Abi Hurairah radhiallahu 'anhu : Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda : “Semua amalan bani Adam untuknya kecuali puasa (Yakni : baginya pahala yang terbatas, kecuali puasa karena pahalanya tak terbatas), karena puasa itu untuk Aku dan Aku akan membalasnya, puasa adalah perisai, jika salah seorang kalian sedang puasa janganlah berkata keji dan berteriak-teriak, jika ada orang yang mencercanya atau memeranginya, ucapkankanlah : Sesungguhnya aku sedang berpuasa, demi Dzat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya sesungguhnya bau mulut orang yang puasa lebih wangi di sisi Allah daripada bau minyak misk (kesturi), dan bagi orang yang puasa padanya dua kegembiraan, jika berbuka ia gembira dengan berbukanya dan jika bertemu dengan Rabbnya, ia gembira karena puasanya.” (HR. Bukhri (4/88), Muslim (no. 1151) ini lafadz Bukhori)

6. Puasa dan Al-Qur'an akan memberikan syafaat kepada ahlinya :
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda (yang artinya) : “Puasa dan Al-Qur'an akan memberikan syafaat kepada hamba di hari kiamat, puasa akan berkata : Wahai Rabbku, aku menghalanginya dari makan dan syahwat, berilah dia syafaat karenaku, Al-Qur'an pun berkata : Aku telah menghalanginya dari tidur di malam hari, berilah dia syafaat.
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda : maka keduanya memberi syafaat.” (Ahmad (no.6626), Hakim (1/554), Abu Nu'aim (8/161))

7. Puasa merupakan kafarat (Pelebur dosa).
Diantara keistimewaan puasa, yang tidak ada dalam amalan lain adalah, Allah menjadikannya sebagai kafarat bagi orang yang berpuasa dan bersedekah, sebagaimana dalam hadits dari Hudzaifah Ibnul Yaman radhiallahu 'anhu, berkata Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam (yang artinya): “Fitnah pria dari keluarga (istri), harta dan tetangganya, bisa
dihapuskan oleh shalat, puasa dan shodaqoh.” (HR. Bukhori (2/7) dan Muslim (144))

8. Pintu Rayyan bagi orang yang puasa.
Dari Sahl bin Sa'ad radhiallihu 'anhu, dari Nabi Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda (yang artinya) : “Sesungguhnya dalam syurga ada satu pintu yang disebut dengan rayyan, orang-orang yang puasa akan masuk di hari kiamat nanti dari pintu tersebut, tidak ada orang selain
mereka yang memasukinya. jika telah masuk orang terakhir yang puasa ditutuplah pintu tersebut, barang siapa yang masuk akan minum, dan barang siapa yang minum tidak akan merasa haus untuk selamanya. “ (HR. Bukhori (4/95) dan Muslim (1152))
Maka, bersegeralah wahai hamba Allah, menyambut bulan yang penuh dengan makna ini, bersegeralah menuju ke keridhaan dan maghfirah-Nya, dan jadilah engkau hamba-hambanya yang baru lagi suci…
Janganlah kau menjadi hamba-hambanya yang merugi, yang tak bisa merasakan lezatnya berada di bulan ramadhan!!!


From : http://ummusalma.wordpress.com
Maraji’/Referensi : Sifat Puasa Nabi karya Syaikh Ali Hasan dan Syaikh Salim al-Hilali.

Risalah Ramadhan

Buku digital ini berisikan tentang tuntunan di bulan ramadhan


dl

Ramadhan Bulan Ibadah

Menyambut Bulan Ramadhan

Umat Islam terbagi menjadi dua golongan dalam menyambut kedatangan Ramadhan :

1. Mereka yang menyambut dengan suka cita

Tak lain mereka adalah hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta'ala yang faham dengan pemahaman yang bersih tentang syariat Allah, sehingga tatkala Ramadhan menjelang tibalah saat baginya untuk menaburkan benih amalan sebanyak-banyaknya dengan harapan kelak di akhirat ia akan menuai hasil yang berlipat. Hanya orang Mukmin saja yang mampu bersikap demikian. Mereka yakin apa yang dijanjikan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam Al Qur’an dan apa yang dinyatakan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dalam hadits-haditsnya tentang keutamaan bulan Ramadhan. Keyakinan yang kokoh inilah yang memacu semangat mereka berlomba dengan saudaranya untuk mempersembahkan amal shalih sebanyak-banyaknya kepada Rabb-nya. Kaum Mukminin juga paham bahwa kelezatan dunia bersifat sementara, sehingga tatkala mereka harus berpisah dengannya, tidak menjadi murung dan bersedih serta malasmalasan dan putus asa. Mereka tahu bahwa kelezatan di akhirat adalah abadi dan hakiki.

2. Mereka yang menyambut Ramadhan dengan berat hati

Mereka adalah hamba dunia dan budak hawa nafsu. Mereka adalah manusia yang ragu akan kabar gembira dan ancaman dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Mereka terpedaya dengan bisikan syaithan dan rayuan syahwat. Naudzubillahi min dzalik.
Keadaan tersebut akan menjadikannya malas dan loyo beribadah. Puasa hanya berarti tidak makan, minum, dan jima’ semata, tanpa memperhatikan aspek-aspek lainnya, berangkat shalat tarawih karena terpaksa dan malu kepada tetangga dan mereka melakukan perbuatan sia-sia lainnya.
Ingatlah wahai saudaraku!
Hidupmu di dunia hanya sementara, hidup yang abadi adalah di akhirat kelak. Jika engkau malas melakukan ketaatan, maka bekal apa yang engkau bawa menuju rumahmu yang abadi? Jika engkau berat hati dan terpaksa melakukan kebajikan, maka amal apa yang mampu menyelamatkan kamu dari siksa neraka? Pikirkanlah dengan hati lapang dan renungkan dengan hati yang jernih! Semoga Allah memberimu petunjuk.

Nasehat Bagi Keluarga Muslim Di Bulan Ramadhan
Masyarakat Islam terdiri dari kumpulan keluarga-keluarga Muslim. Maka untuk mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat yang Islami harus dimulai dari pembentukan keluarga yang Islami, yaitu keluarga yang tegak di atas syariat Islam.
Terwujudnya keluarga yang tegak di atas Islam memerlukan proses yang membutuhkan keuletan, keistiqamahan, dan kesabaran dari semua pihak, baik dari ayahnya, ibunya, dan anak-anaknya. Bulan Ramadhan merupakan saat yang tepat untuk merintis dan memulai proses menuju keluarga sakinah mawaddah wa rahmah.
Karena pada bulan ini musuh bebuyutan manusia (yakni syaithan) dipersempit geraknya, dibelenggu oleh Allah Ta’ala :
“Jika datang bulan Ramadhan, maka dibuka pintu-pintu Surga dan ditutup pintu-pintu Neraka, dan syaithan-syaithan dibelenggu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Tarbiyah Ilmiyah

Ingatlah wahai para orang tua akan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (At Tahrim : 6)
Ayat ini merupakan landasan untuk mengajari dan mendidik anggota keluarga, menyuruh mereka kepada ketaatan, dan amar ma’ruf nahi munkar. Kepala rumah tangga (ayah atau suami) mempunyai kewajiban untuk mendidik dan membimbing istri dan anak-anaknya menuju pemahaman Islam yang benar. Kepala rumah tangga harus dapat mencambuk semangat keluarganya bila didapatinya mereka malas dalam melakukan ibadah ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Janganlah seorang kepala rumah tangga membiarkan dirinya menjadi dayyuts, laki-laki banci yang tidak berani menegur anak istri ketika terjatuh dalam lumpur maksiat. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam telah bersabda :
“Tiga golongan manusia, tidak akan masuk Surga dan tidak akan dilihat Allah pada hari kiamat yaitu anak yang durhaka kepada orang tuanya, wanita yang berlagak seperti laki-laki dan menyerupainya, dan dayyuts.” (HR. Al Hakim, ia berkata sanadnya shahih dan disepakati oleh Adz Dzahabi. Dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani, lihat Hijab Al Mar’ah Al Muslimah halaman 67)

Wahai saudaraku!
Hendaklah engkau pandai-pandai dalam memilih waktu untuk memberikan pendidikan kepada keluargamu. Dalam bulan Ramadhan ini pendidikan bisa dilakukan setelah makan sahur atau buka puasa atau waktu-waktu yang lain. Yang paling awal yang harus kau ajarkan kepada keluargamu adalah :

1. Ma’rifatullah (pengenalan yang benar terhadap Allah) mulai dari tauhid Rububiyah, tauhid Uluhiyah, sampai tauhid Asma’ wa Shifat.
2. Ma’rifah Ar Rasul (pengenalan terhadap Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam) yaitu meliputi seluruh aspek yang diteladankan oleh beliau Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam (tidak hanya tahu hari dan tanggal lahirnya, nama ayah dan ibunya, serta kelahirannya semata).
3. Ma’rifah Ad Din Al Islam (pengenalan terhadap agama Islam) beserta dalil-dalilnya. Ketiga perkara tersebut merupakan tonggak yang akan menopang tegaknya pendirian kaum Muslimin di tengah-tengah derasnya arus syubhat dan syahwat.

Tarbiyah Amaliyah

Ada beberapa amalan shalih yang menjanjikan pahala besar di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala pada bulan Ramadhan di antaranya :

a. Puasa Ramadhan

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang-orang yang bertakwa.” (Al Baqarah : 183)
Hendaklah para orang tua memberi pengertian kepada anak-anaknya bahwa puasa di bulan Ramadhan adalah wajib dan berdosa bagi siapa saja yang meninggalkannya tanpa udzur syar’i. Untuk itu hendaklah meniatkan puasanya hanya semata-mata mengharap wajah Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Barangsiapa puasa Ramadhan dengan iman dan benar-benar mengharapkan pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Wahai saudaraku!

Ada beberapa hal yang dapat engkau biasakan guna mendapatkan keutamaan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala sekaligus sebagai upaya melatih keluargamu di bulan Ramadhan ini :
- Mendahulukan berbuka
Imam Nawawi rahimahullah dalam kitabnya Riyadlus Shalihin membawakan beberapa hadits Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam yang mengisyaratkan disunnahkannya mendahulukan berbuka puasa, di antaranya :
“Selalu manusia itu berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sebelum berbuka ingatkanlah keluargamu untuk berdoa sebagaimana yang dicontohkan teladan kita Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam :
[ Dzahabadhama’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru, insya Allah ]
“Telah hilang dahaga dan urat-urat telah basah serta pahala akan tetap, Insya Allah.”
(HR. Abu Dawud, lihat Hisnul Muslim nomor 168, Shahihul Jami’ 4/209)
Tegurlah mereka jika terlalu kenyang, karena mereka belum menegakkan shalat maghrib, kekenyangan dalam makan akan mengganggu kekhusyu’an dalam shalat.
- Mengakhirkan sahur
Terjadi pada sebagian keluarga Muslim kebiasaan-kebiasaan yang berkenaan dengan makan sahur ini. Sebagian mereka tidak melakukannya dengan sengaja, sebagian lagi dikarenakan rasa malas bangun pada akhir malam, maka mereka makan sahur sebelum pergi tidur atau di tengah malam.
Dua kebiasaan tersebut menyelisihi tuntunan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, maka menjadi tanggung jawabmu wahai para kepala keluarga untuk mengingatkan keluargamu dan membiasakannya dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam. Perhatikan sabda beliau berikut ini sebagai hujah bagimu untuk membimbing keluargamu.
“Perbedaan antara puasa kami dan puasa ahli kitab yaitu makan sahur.” (HR. Muslim 1096)
“Bersahurlah kalian, karena dalam sahur itu terdapat barakah.” (HR. Muslim 1095)
Dua hadits di atas sebagai bantahan atas mereka yang meninggalkannya, sedang sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam yang diriwayatkan dari Anas radhiallahu 'anhu berkenaan dengan sunnahnya mengakhirkan sahur adalah :
“Kami sahur bersama Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, kemudian kami bangkit untuk shalat. Aku katakan kepadanya : ‘Berapa lama antara keduanya?’ Ia menjawab : ‘(Kira-kira orang membaca) lima puluh ayat’.” (HR. Muslim 1097)
- Tidak boros dalam makan dan minum
Berlebih-lebihan adalah perkara yang mendatangkan kebencian dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena itu hendaklah para ibu rumah tangga bersikap sederhana, meskipun di siang hari tidak ada anggaran belanja yang dikeluarkan, namun janganlah menyusun anggaran belanja yang membengkak di sore hari.

b. Qiyamul Lail (Shalat Tarawih)

Qiyamul lail merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala yang sangat berkesan dan membawa dampak positif bagi yang membiasakannya. Di bulan Ramadhan, shalat malam (yang kita kenal dengan shalat tarawih) merupakan amalan yang sangat dianjurkan, sampai kepada kita sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam :
“Barangsiapa melakukan shalat malam pada bulan Ramadhan dengan iman dan mengharapkan pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Pesan seorang ayah (suami) sangat penting bagi anak dan istrinya untuk membiasakan amalan ini. Di mana ia harus menjadi teladan di tengah-tengah keluarganya. Merupakan pemandangan yang sering kita lihat di bulan Ramadhan yaitu ayah, ibu, dan anak-anaknya berangkat bersama menuju masjid melakukan shalat.

Ada beberapa hal yang harus engkau perhatikan wahai para pembina keluarga!

1. Shalat tarawih hukumnya adalah sunnah bukan wajib, maka janganlah berkeyakinan wajibnya shalat tarawih, sehingga tatkala kalian terluput darinya penyesalan kalian lebih dari bila kalian terluput dari shalat fardlu yang lima. Karena itu ajari dan pahamkanlah keluargamu tentang masalah ini, bahwa shalat lima waktu adalah wajib sedang shalat tarawih adalah sunnah.
2. Allah dan Rasul-Nya mensyariatkan afdhalnya shalat tarawih berjamaah bersama imam di masjid, maka bimbinglah keluargamu untuk tunduk kepada syariat. Akan tetapi perlu diingatkan kepada para ibu dan remaja putri bahwa shalatnya dirumahnya lebih baik baginya daripada shalatnya di masjid kaumnya, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam :
“ … shalatmu di bilikmu lebih baik dari shalatmu di rumahmu, shalatmu di rumahmu lebih baik dari shalatmu di masjid kaummu dan shalatmu di masjid kaummu lebih baik dari shalatmu di masjidku (masjid Nabawi).” (HR. Ibnu Khuzaimah dan dihasankan oleh Asy Syaikh Al Albani)
Namun jika mereka ingin tetap shalat berjamaah di masjid, maka nasehatkan kepada mereka adab-adabnya, di antaranya :
- Keluar bersama mahramnya, demikian pula ketika kembali, maka haram bagi wanita keluar disertai laki-laki asing.
- Tidak tabaruj, tidak berhias ala jahiliyah, tidak menguraikan rambutnya dengan menenteng mukenanya, akan tetapi wajib baginya berbusana sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya.
- Tidak memakai minyak wangi.
- Segera pulang setelah shalat selesai, tidak duduk-duduk dan ngobrol di dalam masjid, atau jalan-jalan dengan bergerombolan. Hal ini adalah terlarang karena akan menimbulkan fitnah.
3. Meskipun shalat malam ini hukumnya sunnah, namun tetaplah engkau memberikan semangat kepada istri dan anakmu untuk melakukannya, dikarenakan keutamaannya yang besar di sisi Allah.
“Seutama-utama shalat setelah shalat fardlu adalah shalat malam.” (HR. Muslim 1163)
4. Biasakanlah dirimu dan keluargamu untuk berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala baik di dalam shalat malam atau sesudahnya, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala akan mengabulkan doa dan permintaan hamba-Nya. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Rabb kami Yang Maha Agung dan Tinggi turun di setiap malam ke langit dunia, ketika malam tersisa sepertiga yang akhir. Kemudian Dia berfirman : ‘Barang siapa berdoa kepada-Ku pasti akan Ku-kabulkan, barangsiapa meminta kepada-Ku, pasti Aku akan memberinya, barangsiapa memohon ampunan-Ku pasti Aku akan mengampuninya.”
(HR. Bukhari nomor 7494 dan Muslim nomor 758)

c. Tilawatul Qur’an dan Dzikrullah

Amal shalih lainnya sebagai cahaya penerang di setiap rumah keluarga Muslim adalah membaca Al Qur’an dan berdzikir kepada Allah, dua perkara yang ringan di bibir tetapi amat berat timbangannya kelak pada Yaumul Mizan.
Berkaitan dengan membaca Al Qur’an ini, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Bacalah Al Qur’an karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai pembela bagi ahlinya.” (HR. Muslim nomor 804)
Kesempatan emas bagi kalian, wahai para ibu! Yaitu engkau ajarkan Kalamullah ini kepada anak-anakmu di sela-sela kesibukanmu, niscaya engkau akan menjadi manusia yang terbaik dengan ketekunan dan kesabaranmu membimbing anak-anakmu membaca dan menghapal ayat-ayat-Nya. Bergembiralah dengan sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam berikut ini :
“Sebaik-baik kalian ialah yang belajar Al Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari nomor 5027, Abu Dawud dalam Sunan-nya nomor 1452 dan Tirmidzi nomor 2909)
Selain engkau ajarkan Al Qur’an kepada anak-anakmu, maka tak kalah pentingnya adalah engkau biasakan lidah mereka selalu basah dengan dzikrullah untuk menepis kebiasaan-kebiasaan jelek yang beredar di sekitarmu. Ingatkan dan bacakan kepada mereka ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta'ala dan hadits-hadits Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, di antaranya :
“ … laki-laki dan wanita yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Al Ahzab : 35)
“ … dan ingatlah kepada Allah sebanyak-banyaknya, agar kalian beruntung.” (Al
Jumu’ah : 10)
Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang menjelaskan keutamaan dzikrullah. Adapun dari sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam di antaranya :
“Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla berfirman : ‘Aku bersama hamba-Ku selama dia mengingat Aku, dan kedua bibirnya bergerak (untuk berdzikir) kepada-Ku.’ ” (HR. Ibnu Majah nomor 3792 dan dishahihkan Asy Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Ibnu Majah nomor 3792)
“Tidaklah suatu kaum duduk untuk mengingat Allah ‘Azza wa Jalla, melainkan mereka dinaungi oleh para malaikat dan diliputi oleh rahmat, diturunkan kepada mereka ketenangan dan Allah menyebut-nyebut mereka di hadapan para malaikat-Nya.” (HR. Muslim nomor 2700)
Cukuplah kiranya dua hadits ini sebagai landasan bagimu untuk tetap membasahi bibirmu dengan dzikrullah dan sebagai pemacu bagimu untuk tekun dan telaten membimbing anak-anakmu untuk senantiasa berdzikir kepada Allah.

d. Istighfar dan Taubat

Istighfar adalah memohon ampunan yakni penjagaan dari jeleknya dosa dan menutupinya (dari dosa-dosa tersebut).
Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk istighfar sekaligus memuji hamba yang mau memohon ampunan kepada-Nya.
“Dan mintalah kalian ampunan kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al Muzammil : 20)
“Dan hendaklah kalian meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya.” (Hud : 3)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Wahai manusia bertaubatlah kepada Allah dan istighfarlah kepada-Nya, maka sungguh aku bertaubat seratus kali setiap hari.” (HR. Muslim nomor 2702)
Pintu taubat tetap terbuka hingga matahari terbit dari barat.
“Barangsiapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari barat maka Allah akan menerima taubatnya.” (HR. Muslim nomor 2703)
Sedang orang yang tidak mau taubat merekalah orang-orang yang dhalim.
“Dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang dhalim.” (Al Hujurat : 11)

e. Shadaqah

Jadikanlah bulan Ramadhan ini untuk memperbanyak shadaqah dan infaq fi sabilillah, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala mencintai hamba-Nya yang dermawan, murah hati, dan selalu terbuka tangannya untuk memberi. Namun hendaknya engkau perhatikan wahai kepala keluarga bahwa syarat diterimanya shadaqah adalah dari usaha yang halal!
“Sesungguhnya Allah itu Maha Bagus, Allah tidak akan menerima kecuali yang bagus (halal).” (HR. Muslim nomor 1015)
Maka hendaknya kalian mampu menahan diri dari usaha-usaha yang haram, niscaya Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menyelamatkan diri kalian dari jeleknya dosa.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Dan shadaqah itu bisa memadamkan kesalahan (dosa) sebagaimana air memadamkan api.” (HR. Tirmidzi nomor 2616, ia berkata hadits hasan shahih dan dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Tirmidzi nomor 2110)

f. Menyambut Lailatul Qadar

Di antara keutamaan bulan Ramadhan adalah adanya Lailatul Qadar (lihat pembahasannya dalam rubrik “Kajian Kali Ini”).
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam juga menganjurkan kepada umatnya agar memperbanyak amal-amal kebaikan pada 10 hari terakhir dari bulan Ramadhan.
Aisyah Ummul Mukminin radhiallahu 'anhuma mengabarkan :
“Adalah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, bila masuk malam-malam sepuluh yang terakhir dari bulan Ramadhan, (beliau) menghidupkan malam, membangunkan keluarganya dan mengencangkan ikat pinggangnya (yakni tidak menggauli istriistrinya, pent.).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Penutup

Wahai saudaraku! Semoga Allah merahmatimu. Itulah beberapa amal shalih yang hendaknya kita hidupkan di rumah-rumah kita, kita jadikan amalan tersebut sebagai aktifitas seluruh anggota keluarga kita, dan mudah-mudahan ini merupakan langkah awal yang mendapat keridlaan Allah untuk melangkah selanjutnya.
Sebagai penutup risalah ini akan disebutkan beberapa hal sebagai peringatan bagi kita semua kaum Muslimin yang mendambakan ridla dan Surga Allah Subhanahu wa Ta'ala.

1. Jangan bermalas-malasan di bulan mulia ini, jangan memenuhi hari dengan tidur mendengkur sepanjang siang hingga shalat jamaah terlewatkan, membaca Al Qur’an terlupakan. Kalau ada yang berdalih dengan hadits :
“Orang yang berpuasa tetap di dalam ibadah meskipun dia tidur di atas tempat tidurnya.” (HR. Ad Dailami)
Ketahuilah! Bahwa hadits tersebut adalah dlaif bahkan maudlu’ (palsu) dikarenakan adanya rawi yang bernama Muhammad bin Ahmad bin Suhail. Dia adalah pemalsu hadits (lihat kitab Silsilah Ahadits Dlaif wal Maudlu’ah nomor 653).
2. Untuk para ibu atau remaja putri, dibolehkan mencicipi makanan untuk mengetahui asin atau manisnya, dengan syarat tidak menelannya meskipun hanya sedikit. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Abdullah bin Abbas radhiallahu 'anhuma :
“Tidak mengapa mencicipi cuka atau sesuatu selama tidak masuk ke kerongkongannya, sedang dia dalam keadaan puasa.” (HR. Ibnu Abi Syaibah 3/47 dan Baihaqi 4/261 dengan sanad hasan. Lihat Shifat Shaum Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam halaman 55)
3. Bagi para suami, boleh mencium istrinya dan bersenang-senang dengannya dengan syarat kuat menahan syahwatnya (tidak sampai bersetubuh dengan istrinya).
Berkata Aisyah radhiallahu 'anha :
“Adakalanya Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam mencium dan bersenang-senang dengan istrinya sedang beliau berpuasa, dan beliau sangat kuat menahan syahwatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Al Lu’lu’ wal Marjan nomor 676)
Jika engkau dapat berbuat seperti Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam maka lakukanlah, namun jika engkau termasuk laki-laki yang mudah bangkit syahwatnya maka tinggalkanlah perbuatan tersebut untuk sementara, dan bisa kau lakukan di malam harinya. Hati-hatilah dari perkara ini, karena jika engkau terpeleset sungguh besar akibatnya yaitu wajib bagimu membayar kafarah yang telah ditetapkan oleh syariat dan wajib mengqadla’ puasa.
4. Kuperingatkan bagimu wahai para orang tua, yaitu awasi kegiatan anak-anakmu di bulan Ramadhan. Jika mereka melakukan perbuatan sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian dari muda-mudi Islam saat ini, seperti berjalan-jalan selepas shalat Shubuh, atau ngobrol di masjid dengan lawan jenisnya secara berkelompok-kelompok atau bahkan hanya berdua atau kebiasaan-kebiasaan lainnya yang melanggar syariat, maka wajib bagimu untuk menegurnya, memperingatkannya, dan mengancamnya dengan ancaman adzab yang dahsyat di sisi Rabb-nya. Berilah mereka kesibukan-kesibukan yang mendidiknya, seperti menghapal ayat-ayat Al Qur’an atau hadits-hadits Nabi atau perbuatan khair lainnya yang akan mendatangkan manfaat dan menolak madlarat. Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta'ala senantiasa menolongmu dan kita semua menuju ketaatan kepada-Nya.
Mudah-mudahan tulisan ini menjadi amal shalih yang ikhlas hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta'ala semata dan mendatangkan manfaat bagi kita semuanya. Amin Ya Mujibas Sailin.

Wallahu A’lam Bis Shawab.


sumber Majalah Muslimah edisi XXIII/Ramadhan 1418H/1998M/Rubrik keluarga Sakinah

Bekal Ramadhan

InsyaAllah sebentar lagi bulan suci ramadhan akan menyapa kita. Apa bekal kita untuk menjalankan ibadah di bulan yang mulia?ibadah yang seperti apa yang di contohkan Rasulullah -shalallahu 'alaihi wa sallam-?

selengkapnya silahkan di download

dl

Selasa, 19 Agustus 2008

Fatwa-Fatwa Tentang Puasa

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, keluarganya, shahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya. Wa ba’du.
Ke hadapan anda wahai saudara-saudaraku, fatwa-fatwa Syaikh Al Allamah Al Muhaddits Al Fahhamah Muqbil bin Hadi Al Wadi’i seputar shaum. Yang dirangkum dari kitab Qam’u Al Mu’anid dan Ijabatu As Sail dan Nashaih wa Fadhaih dan kitab Gharatu Al Asyrithah. Akan bermanfaat bagi para pemula (dalam thalabul ilmi) dan tidak menutup kemungkinan bagi para thalabul ilmi yang senior.

Soal 1 :
Apakah wajib berniat shaum di bulan Ramadhan setiap harinya ataukah cukup satu kali niat saja untuk sebulan penuh? Dan kapan sempurnanya hal itu?
Jawab :
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Setiap amalan bergantung pada niat dan setiap seseorang tergantung pada niatnya.”
Maka ini adalah dalil tentang keharusan niat dalam amalan-amalan. Dan yang jelas adalah seseorang harus berniat di setiap harinya. Dan bukan artinya ia harus mengatakan, nawaitu untuk berpuasa pada hari ini dan itu di bulan Ramadhan. Akan tetapi niat adalah maksud atau tujuan, bangunmu untuk melaksanakan sahur dianggap sudah berniat demikian juga penjagaanmu dari makanan dan minuman adalah berarti sudah berniat. Dan adapun hadits :
“Barangsiapa yang tidak bermalam dengan niat shaum maka tidak ada shaum baginya.”
Ini adalah hadits mudhtarib (hadits yang datang dari banyak jalan dan berbeda-beda lafazhnya sehingga tidak bisa untuk dirajihkan dan hadits mudhtarib ini termasuk dalam kerangka hadits-hadits dhaif). Walaupun sebagian ulama menghasankannya tapi yang benar adalah mudhtarib.

Soal 2 :
Apabila seseorang bangun dari tidurnya setelah terbit fajar pada hari pertama di bulan Ramadhan kemudian dia makan sedang dia dalam keadaan tidak mengetahui kalau hari itu adalah awal bulan Ramadhan dan diberitahukan setelahnya. Apakah ia terus berpuasa atau berbuka?
Jawab :
Ya, ia berpuasa dan tidak membahayakannya karena ia mengira masih ada sisa malam kemudian dia berpuasa dan puasanya benar.

Soal 3:
Apakah boleh bagi seorang yang ragu akan awal masuknya bulan Ramadhan untuk berpuasa sehari sebelumnya?
Jawab :
Dari kalangan Al Hanabilah (pengikutnya madzhab Ahmad, pent.) ada yang berpendapat seperti itu akan tetapi yang benar adalah tidak dibolehkan puasa sebagaimana sabda Nabi :
“Janganlah kalian mendahului Ramadhan dengan shaum sehari sebelumnya atau dua hari sebelumnya.”
Dan dari sahabat Ammar bin Yasir radliyallahu 'anhu :
“Barangsiapa yang berpuasa pada hari syakk (ragu-ragu) maka telah bermaksiat kepada Abul Qasim.”
Maka yang shahih sekali lagi adalah tidak boleh berpuasa dan Nabi bersabda :
“Berpuasalah kalian dengan melihat ru’yah dan berbukalah dengan melihat ru’yah. Jika tertutupi awan maka sempurnakanlah hitungan Sya’ban 30 hari.”
Maka tidak ada lagi hal yang tersisa setelah keterangan ini.


Senin, 18 Agustus 2008

Agar Ibadah Puasa Lebih Bermakna

Bulan Ramadhan merupakan bulan nan penuh berkahdan menjadi penghulu segala bulan dalam hitungan tahun Hijriyah, tahunnya umat Islam. Ramadhan adalah bulan shiyam (puasa), dan dia juga bulan qiyam (shalat malam).

1 Keutamaan Bulan Ramadhan
Hadits-hadits yang mengupas keutamaan bulan nan agung ini, cukup banyak dan bercorak ragam. Cukup kita petik beberapa di antaranya, sebagai penambah muatan motivasi yang mengangkat gairah imani kita untuk memasuki bulan Ramadhan yang akan datang menjelang, dengan penuh harap akan ampunan dan karunia-Nya.
Dari Ubadah bin Shamit bahwasanya Rasulullah bersabda, yang artinya:
"Telah datang kepadamu Bulan Ramadhan, bulan nan penuh berkah. Di bulan itu Allah akan menaungimu; menurunkan .rahmat dan menghapus dosa-dosa, mengabulkan doa dan memperhatikan bagaimana kamu sekalian saling berlomba-lomba (dalam kebaikan) pada bulan itu. Allah pun membanggakan dirimu di hadapan para malaikat-Nya. Maka perlihatkanlah (wahai kaum Muslimin) segala kebaikan pada dirimu. Sesungguhnya orang yang celaka adalah orang yang kehilangan rahmat Allah." (Diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabrani).

"Telah dianugerahkan kepada ummatku pada bulan Ramadhan lima karunia yang tidak pernah diberikan kepada ummat manapun sebelum mereka: Aroma mulut orang yang berpuasa, disisi Allah, lebih harum semerbak ketimbang bau kesturi. Para malaikat memohonkan bagi mereka ampunan hingga waktu berbuka. Setiap hari di bulan itu, Allah menghiasi Jannah-Nya seraya berrman kepada sang Jannah: "Tak lama lagi, para hamba-Ku yang shalih akan dibebaskan dari
beban dan kesusahan, lalu beranjak menemuimu." Di bulan itu, para jin pembangkang dibelenggu; mereka tak dapat bebas berbuat, seperti pada bulan-bulan yang lain. Lalu, Allah mengampuni dosa- dosa mereka pada malam terakhir.
Ada sahabat yang bertanya: "Ya Rasulallah, apakah malam terakhir itu, malam Lailatul Qadar?". Beliau menjawab: "Bukan, karena orang yang beramal akan mendapati ganjarannya, bila ia telah selesai menunaikannya."

Ada beberapa hadits lain yang senada dengan itu. Dua hadits di atas, dan banyak lagi yang lainnya meliputi beberapa kesimpulan:

1. Allah telah memberkahi bulan Ramadhan ini sebagai bulan pengampunan atas segala dosa, bagi orang yang memenuhi bulan ini dengan beragam ibadah; tetapi tidak untuk dosa-dosa beaar. Nabi bersabda: "Barangsiapa yang beribadah pada bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan introspeksi diri, akan Allah ampuni dosa-dosanya yang terdahulu." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)


 
Copyleft © 2008-2013 Design by pocongseXy | Aa Wahyu and Art and Web Design | Powered by Blogger